SELAMAT DATANG DI BLOG MEDIA ONLINE SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS UDAYANA

Jumat, 31 Desember 2010

Unsur-Unsur Budaya dan Tata Ruang Dalam Budaya Bali


A. BAHASA  
              Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Mojopahit.yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.   

B. PENGETAHUAN 
               Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan social tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalahi oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan,tetapi sering kali juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya administrasi pemerintahan.       

C. TEKNOLOGI        
              Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.        

D. ORGANISASI SOSIAL   
a). Perkawinan      
               Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak wanita.
Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat penyerahan mas kawin ( petuku luh), tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.
b). Kekerabatan     
               Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.    
c). Kemasyarakatan          
               Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.  

E. MATA PENCAHARIAN  
               Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan. 

Pura Tanah Lot Bali

F. RELIGI      
                Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India. Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.  Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa (filsafat agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia.    

G. KESENIAN           
Kebudayaan kesenian di bali di golongkan 3 golongan utama yaitu seni rupa misalnya seni lukis, seni patung, seni arsistektur, seni pertunjukan misalnya seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik, dan seni audiovisual misalnya seni video dan film.

           Nilai-nilai luhur budaya Bali, yaitu hal-hal yang dianggap baik dan berharga dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan mencakup satu rentangan unsur-unsur abstrak (intangible culture, unsur budaya tak benda) yang terdiri dari :
1. Unsur Filosofis   
Merupakan unsur yang paling dasar dan paling abstrak, berisi hakekat dan kebenaran dasar
2. Unsur Nilai          
Merupakan unsur dasar tentang hal-hal berharga dalam kehidupan, umumnya sebagai representation collective
3. Unsur Konsep    
Merupakan unsur yang lebih instrumental dan lebih dekat ke tataran implementatif
4. Unsur Norma dan Aturan      
Merupakan unsur yang terkait dengan kehidupan nyata sehari-hari dan bernilai praksis.
Dalam nilai budaya Bali terdapat konsep Bhuana Agung (makro kosmos) dan Bhuana Alit (mikro kosmos), yang selalu dijaga keselarasan keduanya. Dari dua konsep inilah di turunkan menjadi suatu pendekatan dalam tata ruang yang kemudian memberikan pengertian adanya jiwa dalam penataan ruang di Bali yang dikenal dengan konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari unsur jiwa, tenaga dan fisik atau nisa dikaitkan dengan Parahyangan (hubungan antara Sang Maha Agung dengan Manusia), Pawongan (hubungan sesama manusia) dan Palemahan (hubungan antara manusia dan alam).
Landasan sistem nilai terdapat tata ruang memberikan penekanan pada makna, dalam konteks penataan ruang yang berbudaya, secara taksonomi dibedakan atas dasar dan nilai instrumental.
  • Nilai Dasar, yang mencakup nilai religius, nilai estetis, nilai solidaritas (gotong royong) dan nilai keseimbangan.
  • Nilai instrumental, yang mencakup seperangkat sistem nilai yang mendukung dinamika adaptif (supel-luwes-dinamis) dan fleksibel sesuai dengan adigium desa, kala, patra.
Landasan struktural tata ruang memberikan penekanan pada pola keteraturan tata ruang baik secara vertikal maupun horiontal. Dalam kebudayaan Bali, satu struktur di samping mencerminkan adanya keterbukaan yang dinamis.
Konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan struktur ruang antara lain :
  • Konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari Parhyangan (Tuhan, yang berkaitan dengan tempat ibadah/ tempat suci); Pawongan (Manusia, tempat aktivitas masyarakat) serta Palemahan (Lingkungan)
  • Konsep Rwa Bhineda memberikan orientasi (Luan-Teben, Kaja-Kelod) dan juga Laxokeromi (Sakral-Profan, Baik-Buruk)
  • Konsep Tri Bhuwana dan Tri Angga membberikan orientasi vertikal Bhur-Bhwah-Swah dan Uttama, Madhyama, Kanishta
  • Pola Tri Mandala yang memberikan orientasi horizontal Uttama-Madhyama-Kanishta
  • Konsep Nawa Sanga dan Padma Bhuwana memberikan kekuatan dan simbol pada struktur yang menggambarkan adanya pola struktur dan keterikatan antara komponen struktur.
  • Konsep Dinamika yaitu struktur dalam kebudayaan Bali yang berkaitan dengan ruang, diartikan selain memiliki pola dan keteraturan, juga memiliki sifat supel, luwes dan dinamis.
Arah orientasi ruang dalam skala wilayah yang lebih luas dan berkeseimbangan secara keseluruhan dalam propinsi Bali, dengan konsep arah orientasi yang berdasarkan mata angin (pengide-ider) yang bersifat universal, dan yang berdasarkan konsep segara-gunung yang bersifat lokal. Sumbu ritual timur-barat (surya-sewana) berorientasi ke arah matahari terbit dan terbenamnya matahari, dimana orientasi timur tempat matahari terbit lebih utama dari barat. Sumbe yang kedua adalah konsep sumbu natural spiritual Kaja-Kelod yang dikaitkan dengan arah orientasi kepada gunung dan lautan (Nyegara gunung, Segara-wukir), luan-teben, sekala-niskala, suci-tidak suci dan sebagainya. Segala sesuatu yang dikategorikan bersifat suci dan bernilai sakral akan menempati letak di baian Kaja (utara) mengarah ke gunung seperti : letak pura, arah sembahyang, arah tidur dan sebagainya. Sebaiknya, segala sesuatu yang dikategorikan kurang suci dan bernilai profan, akan menempati letak bagian kelod (selatan), seperti : letak kuburan, letak kandang, tempat pembuangan sampah/ kotoran,dan sebagainya bagi mereka yang tinggal di bagian Bali Selatan dan kelod berarti utara. Perbedaan ini tidak saja terbatas pada penunjukkan arah, tetapi juga dalam beberapa aspek kehidupan.
Pada bagian tengah Pulau Bali dari timur ke barat terbentang pegunungan/ perbukitan dengan puncak-puncaknya antara lain : Gunung Agung, Bunung Batur, Gunung Batukaru, yang menurut konsep diatas merupakan arah orientasi sumbu natural spiritual yang utama dari aktifitas kehidupan masyarakat Bali. Manifestasi atau kekuatan-kekuatan Tuhan (siwa) dalam mata angin (pengider-ider) yang mengambil posisi dik widik, mendasari konsep dewata bawa sanga dan dijabarkan lagi menjadi konsep eka dasa rudra. Konsep ini, disamping mendasari sumbu yang bersifat universal juga mendasari pola ruang sanga mandala. Sedangkan posisi gunung-laut, disamping mendasari sumbu linier kaja-kelod, juga mendasari pola ruang tri mandala. Dari dasar pola ruang tri mandala, dapat dijabarkan juga menjadi pola ruang sangga mandala dengan memasukkan faktor terbit matahari sebagai orientasi nilai utama sebagai pembagi masing-masing mandala dalam tri mandala menjadi tiga bagian. Pola sanga mandala yang lain didasarkan atas konsep, pengider-ider/ dewata nawa sanga. Dalam pola sanga mandala jenis ini maka mandala di tengah (madyaning madya) menjadi paling utama dan menjadi pusat orientasi.
Secara umum, konsep tata ruang tradisional Bali, orientasi sangat menentukan pnataan zoning baik lingkungan rumah banjar maupun lingkungan desa. Orientasi tradisional merupakan orientasi ruang yang dibentuk oleh tiga sumbu yaitu :
1.     Sumbu Religi, berorientasi pada lintasan terbit dan terbenamnya matahari dengan arah kangin sebagai nilai utama (arah terbitnya matahari) dan arah kauh sebagai nilai nista (arah terbenamnya matahari), sedangkan nilai Madya ada di tengahnya.
2.     Sumbu Bumi, berorientasi pada gunung dan laut. Gunung sebagai arah kaja (utara) bagi masyarakat Bali bagian selatan bernilai Utama dan laut atau arah kelod bernilai Nista sedangkan bagi masyarakat Bali utara Kelod adalah ke selatan karena pegunungan ada di tengah-tengah pulau Bali. Arah kelod adalah arah yang menuju ke laut, ke utara di Bali utara dan ke selatan di Bali selatan. Nilai utara ada di arah gunung atau kaja sedangkan nilai nista ada di daerah laut atau kelod, dengan Madya ada di tengahnya.
3.     Sumbu Kosmos, merupakan varian dari sumbu religi dan sumbu kosmos, mempunyai pengertian menek (naik) dana Tuwun (turun), dengan tiga tingkatan tata nilai yang menek (utama), tengah (Madya) dan tuwun (nista).
Ada tiga pola tata ruang permukiman tradisional religius Bali, yaitu :
1.     Pola Perempatan Agung, Pola ini terbentuk dari perpotongan sumbu Kaja dan Kelod (ke gunung dan ke laut) dan sumbu Kangin dan Kauh (arah terbit dan tenggelam matahari). Berdasarkan konsep sembilan mata angin (Nawa Sanga) maka daerah timur (kaja-Kangin) yang mengarah ke Gunung Agung diperuntukkan bagi bagian suci (Pura Desa). Pura yang berkaitan dengan kematian (Pura Dalem) dan kuburan desa berada di Barat daya yang mengarah ke laut (kelod-kauh) sedangkan permukiman berada di antara Pura Desa dan Pura Dalem.
2.     Pola Linier, pola ini, konsep sembilan pendaerahan (Nawa Sanga) tidak banyak berperan. Orientasi kosmologi lebih didomonasi oleh arah gunung dan laut (kaja-Kelod) dan sumbu terbit dan tenggelamnya matahari (kangin-kauh). Bagian ujung utara (kaja) suatu permukiman, dperuntukkan bagi Pura Desa, dan di ujung selatan (kelod) diperuntukkan bagi kuburan (Pura Dalem). Di antara batas desa utara dan selatan tersebut merupakan permukiman penduduk dan fasilitas umum berupa Bale Banjar dan Pasar. Pada umumnya pola linier ini terdapat di desa-desa pegunungan.
3.     Pola Kombinasi, merupakan perpaduan antara pola linier dengan pola perempatan agung. Pola permukimannya menggunakan Pola Perempatan Agung, sedangkan sistem peletakkan massa bangunannya mengikuti pola linier. Perumahan dan fasilitas umum terletak pada ruang terbuka yang berada di tengah-tengah permukiman, akan tetapi lokasi daerah yang bernilai utama terletak pada ujung utara (kaja) dan lokasi yang bernilai nista terletak pada ujung selatan (kelod).(Gd)

Oleh:
Gede Utama
Sasindo Unud 2007

Read more »

Kamis, 30 Desember 2010

SASTRA DAN TRADISI


PUISI TOROK 
 SEBUAH TRADISI MASYARAKAT MANGGARAI FLORES-NTT

Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang telah hidup dan berkembang dalam masyarakat sejak dahulu kala sampai sekarang. Sastra lisan penting untuk diperhatikan yaitu agar dapat diselamatkan dari pengaruh pergeseran akibat kemajuan teknologi zaman ini. Jenis-jenis sastra lisan yaitu prosa lisan seperti cerita rakyat (folklore) bersifat dongeng seperti mitos; legenda; fable; dan balada, puisi lisan berupa nyanyian; pribahasa;  syair-syair doa; dan mantra, dan drama lisan.
Masyarakat Manggarai selain mengenal prosa lisan seperti Ata Buta agu Ata Peko (Si Buta dan Si Lumpuh); Si Lanur dan Timung Te’e; dan Tombo Ema Agu Anak (Cerita Bapak dan Anaknya) juga mengenal puisi lisan  berupa syair-syair  doa (torok).
Torok merupakan puisi lisan yang melukiskan tradisi kolektif tertentu dari salah satu tradisi yang ada di Manggarai dan merupakan sebuah warisan leluhur yang sering digunakan dalam  upacara adat, agama, dan  pemerintahan. Torok adalah ungkapan doa dan harapan Masyarakat untuk kesejahteraan dan sebagai aturan pola bertingkah laku dalam bermasyarakat
Puisi torok disampaikan dalam bentuk ucapan yang lantang oleh ata torok (penyeru) pada saat pelaksanaan upacara adat seperti permohonan atau harapan untuk kedamaian masyarakat, upacara agama seperti ucapan syukur kepada Mori kraeng (Tuhan) atas rahmat dan berkat yang diterima oleh masyarakat, dan upacara pemerintahan biasanya ucapan terima kasih kepada pemerintah yang telah menyempatkan diri hadir dalam acara pemerintahan. 
Struktur torok berbentuk bebas yaitu dalam bentuk bertutur oleh ata torok  (penyeru), tidak terikat pada baris dan persajakan. Namun, torok memiliki irama dan rima sesuai dengan jeda pengucapan pada saat disampaikan oleh ata torok  (penyeru) dalam bentuk bertutur nyaring. Dengan demikian, torok berstruktur puisi naratif lisan.
Masyarakat tradisional  Manggarai tidak hanya hidup dalam konteks adat saja, tetapi juga terikat dalam kehidupan keagamaan dan sistem pemerintahan Kabupaten Manggarai. Puisi torok digolongkan ke dalam tiga upacara besar di Manggarai yaitu dalam upacara adat seperti torok cear cumpe (doa pemberian nama anak); torok libur kilo penti weki peso beo (doa syukuran Tahun baru untuk sekeluarga dan sekampung); torok we’e mbaru (doa pemberkatan rumah baru), dalam upacara agama seperti torok pemberkatan Gereja; tahbisan imam baru; perarakan patung Bunda Maria dan Sakramen Mahakudus; serta berbagai acara Gereja lainnya, dan dalam upacara pemerintah seperti pelantikan Bupati; kunjungan para pembesar pemerintah; pembangunan gedung utama; pesta kenegaraan seperti Hari Proklamasi 17 Agustus dan lain-lain.
Teuuw dalam bukunya Indonesia antara Kelisanan dan Keberaksaraan menyatakan bahwa ada hubungan langsung antara kelisanan dalam kebudayaan tradisional dengan rasa kolektifitasnya. Dalam masyarakat semacam ini tukang cerita memiliki peran yang mahapenting sebab dalam cerita yang ia pentaskan tersimpan informasi dan sistem nilai yang relevan untuk masyarakat bersangkutan. Seperti yang diungkapkan oleh Teuuw tentang hubungan antara kelisanan dan rasa kolektif tersebut maka dalam penuturan puisi torok, ata torok memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai perantara masyarakat (audiens) dengan Mori (Tuhan) dan Empo (para leluhur) dalam mengungkapkan sejumlah harapan dan doa untuk kesejahteraan baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.
Makna puisi torok yaitu memancarkan seperangkat norma dan nilai sosial budaya yang dianut kelompok tutur Manggarai dalam menghadapi realitas kehidupannya. Torok merupakan salah satu bentuk puisi yang unik karena memiliki fungsi khusus yaitu untuk menyampaikan pesan dan amanat bagi masyarakat pendengar umumnya.
          Kenali dan lestarikan tradisi Manggarai sebagai penunjuk jati diri yang dapat mengungkapkan berbagai nilai keindahan, kemanusiaan, moral, adat, dan pendidikan sehingga mampu dipertahankan dari gilasan roda zaman.


oleh: 
Elsye Guntar
Elsye Guntar
Read more »

Senin, 27 Desember 2010

Hari Ini Pilkada Jembrana Ada Pembagian Amplop dan Beras


 Negara (Bali Post) - Pada H-2 dan H-1 jelang waktu pencoblosan di sejumlah desa dibombardir amplop berisi uang dan beras yang diduga dilakukan tim sukses salah satu kandidat. Hingga Minggu (26/12) sore kemarin, Panwaslu Jembrana mendapatkan enam laporan dan di antaranya menjurus ke praktik money politics (politik uang).

Menurut informasi kasus pembagian amplop bergambar salah satu kandidat dan berisi uang Rp 100 ribu itu terjadi di Lingkungan Awen dan Lingkungan Ketapang, Kelurahan Lelateng.

Menurut informasi, amplop tersebut dibagikan oleh tim sukses kandidat tertentu dan di amplop itupun tertera gambar pasangan calon tersebut. Kebetulan salah seorang yang mendapat bagian adalah korlap salah satu pasangan dan langsung melaporkan ke Panwaslu.

Hal serupa juga terjadi di Dusun Tegalasih, Batuagung namun nilainya hanya Rp 10 ribu, pada Sabtu (25/12) malam telah dilaporkan ke Panwaslu. Sedangkan pembagian beras dengan embel-embel salah satu pasangan juga dilakukan di Dusun Air Anakan dan Desa Manistutu.

Ketua Panwaslu Jembrana I Wayan Wasa dikonfirmasi kemarin membenarkan adanya laporan praktik politik uang itu. Panwas telah menerima enam laporan yang dilaporkan Sabtu lalu di antaranya pembagian beras di Air Anakan di rumah klian dusun setempat, Hamzah. Kedua, pukul dua dinihari kemarin di Banjar Wali, Yehembang dan laporan penyebaran pamplet bernuansa SARA menyudutkan kandidat lain. Serta politik uang di Tegalasih, Batuagung yang dilaporkan oleh Wayan Sudarsana.

Salah satu warga, Surti, mengaku mendapat uang Rp 10 ribu dari tim sukses salah satu kandidat. Sementara laporan Minggu kemarin di antaranya pembagian amplop isi uang Rp 100 ribu di dua Lingkungan Kelurahan Lelateng serta pembagian beras di Manistutu. Beras terbungkus plastik transparan dengan logo partai Golkar. Ketua Panwas Wayan Wasa menandaskan Panwaslu masih memiliki waktu hingga 14 hari setelah laporan untuk menyikapi dugaan pelanggaran pilkada itu. Pihaknya masih melakukan proses klarifikasi terhadap saksi, terlapor dan pelapor untuk kesimpulan secara tuntas. ''Kita belum dapat simpulkan siapa di belakang ini apakah pasangan ini atau itu. Termasuk menyimpulkan ini money politics atau bukan yang jelas kita sikapi lakukan proses klarifikasi. Beberapa di antaranya belum kita klarifikasi karena dilaporkan malam,'' ujarnya.


SARA
Selain itu Panwaslu fokus tupoksi pengawasan yang lebih penting yakni pada pencoblosan hari ini. Masih ada 14 hari setelah dilaporkan untuk memeriksa. Kita fokus pada tupoksi pengawasan besok, tambahnya. Khusus terkait dengan selebaran SARA pihaknya meminta kepada masyarakat jangan sampai terprovokasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Tokoh agama hendaknya memberikan pencerahan umatnya masing-masing untuk bijaksana menyikapi masalah ini dan pilkada berjalan dengan baik. ''Anggap saja pamplet itu sampah yang tidak berguna. Masyarakat jangan terprovokasi ulah orang yang tidak bertanggung jawab,'' tegasnya. Sejumlah barang bukti di antaranya tiga karung beras, uang Rp 100 ribuan sebanyak Rp 2 juta dan Rp 10 ribuan dua lembar, amplop bergambar kandidat serta satu bungkus beras bergambar parpol Golkar diamankan di kantor Panwaslu. (kmb26)

Sumber : Bali Post


Read more »

Sabtu, 25 Desember 2010

Kado Natal 25 Desember




Rumah itu terletak di sudut kota. Kota kecil yang setiap bulan Desember selalu  diramaikan oleh kesibukan warga menyambut pesta natal. Agi dan kedua orang adiknya Wedi dan Era pagi itu masih meringkuk di dalam selimut. “hari ini sepertinya akan turun hujan” kata Agi menengok keluar lewat jendela. Agi dengan usianya 12 tahun telah menjadi harapan dan tumpuan adik-adiknya. Ibunya meninggal saat melahirkan si bungsu Era. Sejak saat itu mereka tinggal berempat dengan ayah. Selain mengurus mereka bertiga, ayah juga harus mencari nafkah dengan membajak sawah orang. Hasil bajakan sawah tersebut tidak seberapa jika dihitung dengan kebutuhan mereka hingga akhirnya Agi pun tidak dapat bersekolah karena tak ada biaya yang cukup, dia hanya menemani adik-adiknya di rumah.
Sudah jatuh, tertimpah tangga pula. Duka kembali menimpah Agi dan adik-adiknya saat sang ayah tercinta meninggal disambar petir pada saat membajak sawah. Sejak saat itu Agi bekerja menyuci pakaian di rumah tetangga demi menghidupi kedua orang adiknya.
Pagi itu mereka membereskan rumah. Rumah papan yang berukuran 6x4 meter, beratapkan seng yang telah bocor, dan kamar mini untuk istirahat. Sungguh sederhana. Era si kecil berusia empat tahun itu hanya mampu memungut dedaunan dan sampah plastik bekas bungkus lauk mereka di sekitar rumah. Sedangkan Agi dan Wedi menyapu dan mengatur prabot-prabot yang berantakan. “kakak, ga kerja hari ini?” Tanya Wedi sambil melipat selimutnya. “Ga…”jawabnya singkat. Hari itu Agi memang tidak diminta untuk menyuci di rumah pak Edo pengusaha kaya di kota itu.
“Hari ini kita makan apa kak?” Tanya Era sambil memegang perutnya dengan wajah penuh belas kasihan. Mendengar itu, hati Agi begitu sedih..  “Nanti kakak carikan tahu penyet ya, kamu sudah lelah sekali..” senyum Agi sambil merogoh saku celana pendeknya yang sudah usang itu dan melihat sisa duit lima ribu rupiah di kantongnya. “apa cukup ya, tempe penyet lima ribu rupiah untuk makan hari ini?” tanyanya dalam hati. Dalam sehari nasi putih dan lauk tempe penyet telah mengenyangkan mereka.  Sangat sederhana, tetapi mereka bisa lewati itu.
Keesokan harinya, Agi diminta oleh pak Edo untuk menyuci di rumahnya. Pagi itu dia tidak hanya diminta untuk menyuci, dia juga membantu membereskan rumah dan ikut membungkuskan kado natal.  Pda saat membungkus kado, Agi teringat kata-kata Wedi semalam sebelum tidur “bagaimana ya kak rasanya jika hari Natal dapat kado natal dari St.Klaus? si Era pun menjawab dengan entengnya “aku lebih senang kalau bapak memasak sup ceker ayam sebagai kado natal, aku kangen sama bapak” Agi pun tak kuasa menahan tangis, dirangkulnya kedua adiknya itu dan mencoba untuk berjanji natal besok dia akan membuat sup ceker ayam. Malam itu mereka terlarut dalam isak tangis pilu.
“Semuanya Sudah selesai dibungkus?” Agi dikagetkan dengan pertanyaan Rai anak pak Edo. “Oh ia…maaf Rai ini belum selesai semua, sebentar lagi selesai kok” jawab Agi tak mampu menyembunyikan rasa kagetnya. “Ya, makanya jangan banyak ngelamun dong, secepatnya ya biar saya bisa susun kadonya di dekat pohon natal” ungkap Rai sambil berlalu meninggalkan Agi. “Ya Tuhan, ternyata saya belum selesai juga membungkus kado-kado ini” batin Agi.
Siang itu Agi tidak dapat mengantar nasi untuk Wedi dan Era. Agi tidak dapat berkonsentrasi membungkus kado-kado itu. Dia mencemaskan keadaan keadua orang adiknya itu di rumah. Setelah semua kado selesai dibungkus Agi pun pamit pulang. namun ternyata pak Edo ke bandara menjemput saudaranya. Pak Edo menitipkan upah Agi di Rai. Betapa sedih hati Agi saat melihat bahwa upah untuk hari itu tak berbeda dengan upah pada hari-hari sebelumnya. “bagaimana saya bisa membuat sup ceker ayam kado natal untuk kedua adikku? Uang ini hanya cukup untuk membeli tempe penyet dan beras sekilo gram, ya Tuhan, saya sudah terlanjur berjanji kepada mereka”. Tanyanya dalam hati.
Dengan langkah gontai, Agi pun pulang ke rumah. Langkahnya berhenti saat melihat kerumunan orang banyak menyaksikan kejadian tabrak. “Ada apa di sana bu?” tanyanya kepada seorang ibu yang kebetulan lewat. “Itu nak, ada seorang anak kecil tertabrak mobil  saat nyebrang tadi” jawab ibu itu. Agi tak sempat mengucap terimakasih kepada ibu itu, dia pun langsung lari menuju kerumunan tersebut. 
Tangis Agi memecah saat melihat anak kecil yang tertabrak itu ialah Era. Saat itu pula mereka langsung mengantarnya ke rumah sakit. Menurut hasil pemeriksaan dokter Era harus dioperasi karena ada masalah pada otaknya akibat benturan mobil. Agi tak mampu berkata apa-apa, dia merasa bersalah karena tidak bisa menjadi kakak yang baik bagi kedua orang adiknya tercinta.
 Operasi berlangsung pukul 20.00 WITA.  Saat menunggu hasil operasi, pak Rido pemilik mobil menghampiri Agi dan Wedi dan memohon maaf. “Nak, maafkan bapak ya. Bapak tidak dapat menghindari kecelakaan tadi, bapak yang salah, bapak minta maaf ya” tutur bapak itu.  “Tapi adik saya sudah seperti ini pak, darimana saya harus mendapatkan biaya operasi adik saya?  Oh Tuhan… dosa apa lagi yang telah hamba lakukan sampai kami harus menanggung ini semua?” teriak Agi diiringi isak tangisnya. “bapak janji akan menanggung segala administrasi, asalkan adik kamu sembuh ya. Mari kita sama-sama berdoa ya nak..” jawab pak Rido sambil merangkul Agi dan Wedi yang terus tenggelam dalam kesedihan.
Operasi berjalan sukses. Malam itu dokter belum mengijinkan mereka untuk melihat  Era. Malam natal 24 Desember mereka lewatkan di rumah sakit, tak ada kado dari St.Klaus dan sup ceker ayam kesukaan mereka. Kesedihan tambah menyelimuti perasaan Agi karena dia tidak bisa membahagiakan adik-adiknya di hari yang istimewa hari kelahiran sang juru selamat dunia Yesus Kristus.
Keesokan harinya tepat pada tanggal 25 Desember,  Agi, Wedi, bapak beserta istrinya itu sudah diijinkan untuk melihat Era. Agi tak kuasa menahan tangisnya saat melihat Era tersenyum manis melihat kedatangan mereka. “Era maafkan kakak ya, kakak janji tidak akan meninggalkan kalian lagi..”isak Agi sambil mengusap wajah Era “Maafkan kakak  juga ya Era..” ucap Wedi. “Walaupun tanpa ayah dan ibu, tanpa kado natal, dan tanpa makan sup ceker ayam kita akan lewati natal ini bersama,..” tangisnya sambil memeluk Wedi dan Era.
“ada kado natalnya” ucap pak Rido. Mereka bertiga melepas rangkulan dan melihat ke ka arah pak Rido itu. “Apa bapak?” ucap mereka bersamaan. “ Mulai hari ini kalian bertiga akan tinggal di rumah saya dan akan kami angkat menjadi anak-anak kami, betul kan ma? “ melirik ke arah istrinya.  “Ya, betul. Kalian juga akan disekolahkan” ucap istrinya sambil tersenyum manis. Agi berdiri menghampiri mereka dan berkata “tapi kan…”  “Tak ada jawaban tetapi, Wedi dan Era mau kan? Tanya pak Rido. “ia kami mau..” jawab mereka serempak.  mereka akhirnya saling berangkulan dan menyampaikan salam selamat natal. Kado natal terindah dalam hidup Agi, Wedi, dan Era.

Ellshi Lisnawati Guntar
24 Desember: 23.50
Read more »

Selasa, 21 Desember 2010

Kebijakan Publik Yang Memberdayakan Anak Muda


         Ada banyak ragam dan jenis kebijakan yang kita sering dengar dan popular di telinga kita sebagai bangsa yang mendengar dan melupakan(amnesia) karena bukan bangsa yang gemar membaca sehingga sering kali berbeda apa yang disampaikan dengan apa yang dilaksanakan. Pemerintah pura-pura tidak ingat dan rakyat memang benar benar dalam keadaan lupa-lupa ingat. Artinya kebijakan pemerintah daerah atau pusat misalnya kebijakan pro rakyat, kebijakan pro-poor, ada gender budgeting, ada partisipatory budgeting yang kita mengenal semenjak reformasi mulai ditabuh tapi apa hendak dikata semua kebijakan dan rencana itu masih mengidap penyakit yang saya sebut “munafik policy” sebab terdapat kesenjangan yang luar biasa antara tulisan dan perbuatan, antara perkataan dan pelaksanaan. Tapi apa mau dikata pula, membincang kebijakan public adalah membincang diri kita dan tentang kita. Jika tidak kita yang membicarakan, merasani, dan mengkritik sampai kapan kita menjadi korban kebijakan? Menjadi obyek pelengkap penderita dari jargon-jargon kampanye calon bupati, gubernur, presiden yang menampakkan diri sebagai para pembela orang miskin dan tertindas.

Setelah mencoba membaca berbagai model kebijakan yang selama ini di berbagai daerah ternyata ada satu kesimpulan yang cukup menggelisahkan bahwa penulis benar-benar belum menemukan kebijakan publik yang mempunyai arah dan orientasi yang jelas bagaimana kebijakan dan program serta anggaran pemerintah dialokasikan untuk mempersiapkan calon pemimpin daerah, generasi yang akan datang untuk memperbaiki keadaan yang bernama ana-anak dan pemuda. Oleh karena itu penulis coba memberikan deskripsi bagaimana kebijakan pro-anak, pelajar, dan remaja didesain dan apa orientasi yang termaktub didalamnya. Hal ini penting sekali difikirkan, karena apa? Setidaknya ada tiga hal penting mengapa kebijakan pro anak dan pemuda ini harus disiapkan semenjak dini.

Pertama, mereka (anak dan pemuda) adalah aset termahal, calon pemimpin daerah dan bahkan calon pemimpin bangsa. Jika tidak digodog sejak sekarang maka akan menjadi kader bangsa yang sekualitas dengan mie instan yang kata soekarno hanya bermental tempe atau kata Amien Rais hanya bermental inlander yang memandang diri, daerah, dan bangsanya lebih rendah dari bangsa lain. Mentalitas harus dibentuk, karakter kepemimpinan yang kuat bisa diciptakan dengan bekal kedisiplinan dan tentu dengan support dari pemerintah setempat yang merupakan sumber penganggaran. Sudah saatnya ada alokasi untuk melakukan empowering anak-anak dan pemuda terutama dari kalangan keluarga miskin yang seringkali sulit meraih pendidikan dan menaikkan taraf hidup keluarganya.
Kedua, mereka (anak dan pemuda) membutuhkan support yang besar. Jika kita ingin menghasilkan pemimpin pemuda yang handal tentu dengan kerja keras. Banyak pula potensi anak dan pemuda dari keluarga miskin yang perlu di upgrade agar kemampuan kepemimpinan lebih mantab, tidak minder dan percaya diri. Seandainya 10 persen anggaran pemerintah untuk mendirikan sekolah calon pemimpin di daerah untuk anak-anak muda baik yang miskin atau susah diberikan kesempatan untuk bermimpi menjadi pemimpin yang bernurani dan lebih memahami bagaimana memperjuangkan komunitasnya yang miskin dan termiskinkan tersebut. Inilah yang disebut dengan pemberdayaan dan penguatan kapasitas masyarakat melalui upaya meningkatkan skill kepemimpinan di kalangan anak muda. Selama ini betapa memprihatinkan bahwa anak-anak dan pemuda tidak pernah dilibatkan dalam membuat kebijakan publik baik di level pemerintah daerah, kecamatan, kelurahan dan RT atau RW. Anak muda dianggap bukanlah sesuatu yang penting di setiap lini kehidupan terlebih di daerah-daerah yang mengalami gerontokrasi, kepemimpinan orang tua yang tidak produktif dan tidak kreatif. Tapi pemuda tidak mampu berbuat banyak karena kelemahan di sana-sini, terutama masalah ekonomi keluarga yang tidak pernah hengkang dari garis kemiskinan.

Ketiga, Jika mereka (anak dan pemuda) kuat, maka daerah dan bangsa juga akan kuat. Memang ironisnya, seringkali anak muda tidak dianggap, diremehkan dan bahkan masa depannya dirampas oleh generasi tua yang merasa benar dan mau menang sendiri. Ini sangat berbahaya apabila terlambat disadari bahwa upaya memperkuat pemerintah terus dilakukan dengan anggaran yang besarnya selangit, upaya pemberantasan korupsi dan teroris begitu menggemparkan dunia ‘persilatan’. Tapi adakah upaya melatih anak dan pemuda menjadi manusia yang berkarakter, bermental kuat dan tidak inlander? Sangat sedikit sekali. Ibaratnya, bangsa ini membangun rumah, diperkuat atapnya sampai setebal dan seberat bumi tapi tanpa fondasi yang kuat sebab penulis berpendapat fondasi yang sebenarnya adalah anak-anak dan pemuda yang kini masa depannya “dikebiri” dan mimpinya terus saja dirampas. Penggundulan hutan, perusakan ekosistem, korupsi, dan pembangunan yang kapitalistik adalah menifestasi perampasan masa depan anak dan pemuda. Dan sekaligus ini memberikan kesimpulan yang kuat bahwa kebijakan pemerintah sangat pragmatis, tidak visioner, tidak memikirkan anak cucu yang akan datang.

Dzar Al Banna
Sastra Indonesia, Universitas Udayana

Read more »

Sabtu, 18 Desember 2010

Akibat Hujan Semalam, Bedugul Longsor

Longsor menutupi sebagian jalan utama Denpasar - Singaraja

Tabanan – Kemarin (17/12) Hujan deras yang mengguyur sejumlah wilayah di Kota Denpasar begitu juga di Kabupaten Tabanan mengakibatkan longsor di obyek wisata Candi Kuning Bedugul, Kecamatan Baturiti, Sabtu siang (18/12).

Menurut informasi dari Kasatlantas Polres Tabanan AKP I Made Punia, Sekitar pukul 23.00 Wita terjadi longsor kecil di dekat Patung Jagung Bedugul. Akibat hujan deras sejak pagi hingga siang, ujar Punia, tebing di sekitar Patung Jagung tergerus sehingga mengakibatkan tanah-tanah di sekitarnya longsor dan menimbun sebagian badan jalan.

Longsoran tanah tebing itu sempat mengganggu arus lalu lintas di obyek wisata andalan di Kabupaten Tabanan tersebut sehingga menutup satu lajur jalan sebelah barat. Kendaraan roda dua dan empat yang hendak pergi ke arah Singaraja ataupun Denpasar berjalan tersendat karena dilakukannya akses buka tutup lajur. Namun aktivitas pariwisata di kawasan bedugul tetap berjalan seperti biasa, pengunjung pun diharap tetap berhati-hati saat melewati kawasan wisata bedugul ini, dikarenakan sepanjang jalur ini sangat rawan longsor.


Lajur dari Denpasar ke Singaraja

Sabtu sore, tumpukan tanah longsor tersebut telah dibersihkan, atas kerja sama pihak kepolisian resor Tabanan, Dinas Pekerjaan Umum, dan warga sekitar dengan menggunakan alat seadanya. “Sebenarnya kami telah menunggu alat berat dari Denpasar, namun sampai pukul 14.30 Wita tak kunjung tiba, akhirnya kami lakukan dengan alat seadanya” ujar Punia. (dzar)




Baca juga di Kompasina
Read more »

Bedugul Oh Bedugul

saatnya mancing mania
 Tabanan - Akhir liburan Galungan dan Kuningan di Bali sungguh sangat menggembirakan. Setelah diawal liburan Galungan kemarin adik-adik saya di PD Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Denpasar mengadakan pelatihan kepemimpinan dan baru kemarin Sabtu (18/12) menutup liburannya dengan berwisata ke wisata danau Candi Kuning Bedugul. Kawasan wisata bedugul terletak di utara Kota Denpasar, berjarak kurang lebih 70 km, terletak di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

Walaupun hanya sampai bedugul, suasana kegembiraan pun tetap bersorak. Hawa dingin yang mungkin sampai 16 derajat celcius tidak membuat suasana menjadi dingin, namun menjadi panas, karena kami isi dengan memancing ikan di pinggir danau Beratan, panasnya karena tidak sabar menunggu ikan itu ditangkap. Di Bedugul terdapat sebuah pura yang berdiri di atas air danau yaitu Pura Ulun Danu yang merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu sebagai pemberi kesuburan menurut kepercayaan umat Hindu di Bali.

Sembari menunggu dengan sabar kail di makan ikan, kami pun isi dengan makan bakso (makanan favorit Presiden AS, Barack Obama), dan minum minuman hangat. Yang mungkin paling mengesankan dalam pribadi saya adalah bahwa saya telah lulus mengendarai mobil dari Denpasar sampai Bedugul dan sebaliknya yang jalurnya naik turun dan berbelok-belok, ini adalah pengalaman pertama saya (pengalaman nekat karena tanpa instruktur untuk membantu saya dalam mengendarai mobil ke bedugul).

Padahal saya sehari sebelumnya sempat berkeringat dingin karena belum sama sekali menyetir mobil sampai jauh ke Bedugul apalagi saya juga belum memiliki Sim A. Akhirnya dengan semangat juang 45 seperti para pemain Timnas Indonesia saat melawan Philiphina saya berhasil. Namun orang-orang yang ada dibangku mobil bagian belakang terkena getahnya karena saya yang baru pertama kali menyetir itu akhirnya pada muntah-muntah (mabuk darat). Kasihan deh  lu...(dzar)




Baca juga di Kompasiana
Read more »

 
Cheap Web Hosting | Top Web Hosts | Great HTML Templates from easytemplates.com.