SELAMAT DATANG DI BLOG MEDIA ONLINE SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS UDAYANA

Sabtu, 18 September 2010

DPR yang Butuh Pencerahan

“Melihat kondisi yang sekarang ini, apa tidak lebih baik upacara ruwatannya di sederhanakan?, uang yang digunakan akan lebih bermanfaat bila kita berikan kepada fakir miskin” (KH. Ahmad Dahlan – Sang Pencerah, Akmal Nasery Basral, 2010, Mizan).

Kalau kita melihat kondisi rakyat indonesia yang masih banyak dibawah garis kemiskinan rasanya sangat menyakitkan hati ketika kita mendengar para anggota DPR kita yang sedang melakukan pembangunan gedung DPR RI yang baru, apalagi ditambah dengan kabar bahwa beberapa anggota DPR RI yang akan melangsungkan kegiatan barunya yaitu studi banding ke Afrika Selatan.

Dalam desain yang sudah beredar, gedung tersebut akan dibangun dengan 36 lantai. Setiap anggota DPR nanti menempati ruang seluas 120 meter persegi.  Evaluasi itu, kata Marzuki, tidak akan memengaruhi desain dan luas gedung yang telah ditetapkan tersebut. Sebab, pembangunan gedung itu merupakan (program) jangka panjang. DPR periode selanjutnyalah yang akan menikmati Menara Nusantara tersebut.

Dengan biaya Rp 1,6 triliun Insya Allah gedung baru DPR RI akan dibangun. Tentunya biaya yang sangat besar sekali. Tidak sebanding dengan kegiatan anggota DPR yang “masih” berkutat pada pembuatan undang-undang, serta peraturan-peraturan yang tidak jelas, serta manfaatnya yang kurang bagi masyarakat kecil. Mungkin dalam waktu dekat ketua KPK yang baru akan segera terpilih, itu berarti ada kerjaan besar bagi KPK dalam memberantas KKN di Indonesia ini. Mungkin satu atau dua tahun ke depan akan banyak anggota DPR yang akan terseret dalam kasus dugaan-dugaan Korupsi dan lain-lain.

Belum lagi ditambah dengan anggaran yang cukup besar untuk studi banding ke lima negara. Ini akan menjadi ladang korupsi di DPR. Menurut Abdullah Dahlan, Peneliti Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Studi banding DPR itu lebih banyak ruginya daripada untungnya. Berikut kerugiannya:

  1. Pemborosan anggaran keuangan negara karena studi banding tidak lebih hanya digunakan sebagai kedok untuk jalan-jalan ke luar negeri.
  2. Kepergian anggota dewan akan semakin memperburuk citra DPR RI sendiri dimana citra DPR RI belakangan ini sedang disorot akibat masalah dana aspirasi, rumah aspirasi dan pembangunan gedung baru DPR RI.
  3. Semakin menunjukkan kinerja DPR RI yang buruk karena beban legislasi DPR RI akan semakin menumpuk. Tercatat dari 70 RUU baru 7 diantaranya yang disahkan menjadi UU karena DPR malah memilih sibuk melakukan perjalanan ke luar negeri.
  4. Kepergian para anggota dewan justru akan memberikan contoh buruk kepada DPD untuk melakukan kegiatan yang sama yang dengan melakukan kunjungan ke daerah-daerah lainnya.
  5. Kunjungan DPR RI ke luar negeri hanya mencederai amanah undang-undang terutama berkaitan dengan aspek efisien, ekonomis, efektif dan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Alangkah lebih baiknya kegiatan DPR RI yang agak mengecewakan beberapa pihak dan masyarakat bawah itu disederhanakan saja, uang itu akan lebih bermanfaat apabila kita berikan kepada fakir miskin, orang-orang cerdas tapi tidak punya biaya untuk sekolah, dan kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan.

Mungkin semua anggota DPR butuh pencerahan, saya sarankan untuk menonton film karya Hanung Brahmantyo, berjudul Sang Pencerah. Mudah-mudahan mendapatkan pencerahan setelah menonton film ini.
Oleh: Dzar Al Banna


Baca juga di Kompasiana
Read more »

 
Cheap Web Hosting | Top Web Hosts | Great HTML Templates from easytemplates.com.